Karena itu adalah cara berbisnis makanan yang benar.
Ayah saya pernah buka bakery di tahun 2010an, kalau teman-teman di Bali ingat saat itu sedang populer roti 2000an yang menjalar dimana-mana. Orang kepingin karena rotinya murah.
Masalahnya adalah, harga bahan-bahan akan selalu naik.. Jadi makanan yang dijual dengan mentalitas “takut tidak terjual” alias jual murah untung tipis saja, dalam waktu 1–2 tahun berjalan akan terpaksa harus memilih dilema berikut:
Mau naikin harga, atau mengurangi porsi?
Kebanyakan akan memilih mengurangi porsi, takut kalau harga naik malah tidak laku, dan sayangnya ini adalah pilihan yang SALAH BESAR..
Mengurangi porsi berarti anda mengurangi kualitas bisnis anda, sedangkan bisnis kuliner itu selalu berbicara soal kualitas makanan.. Mulailah kurangi kualitas makanan anda untuk menjaga harga, dan pelan-pelan customer akan pergi karena kurang puas.. Yang dulunya satu porsi sudah cukup, sekarang satu porsi kurang, 2 porsi kebanyakan.. orang tidak mau beli lagi.. anda pun pasti memilih makanan seporsi 20 ribu tapi kenyang ketimbang 15 ribu tapi nanggung..
Selain itu, bisnis apapun itu tidak boleh menarget orang yang tidak ada duit.. Ketika ada pergolakan ekonomi, mereka ini yang akan mengencangkan ikat pinggang dengan cara masak sendiri di rumah. Jangan target bisnis ke orang yang milih makan 15 ribu tapi nanggung diatas.. orang kayak begini akan memilih makan indomie saat bokek.. dia tidak akan makan nanggung seharga 15 ribu, karena pada dasarnya orang akan mencari kenyang makan dulu..
Sedangkan mereka yang punya duit tidak akan membeli makanan anda karena alasan diatas -> anda mengurangi kualitas makanan dan toko (dalam kasus ini roti) demi menjual pada anak-anak SD yang dikasi duit jajan oleh ibunya.. orang yang mau beli roti untuk bawa oleh oleh tidak akan beli roti murahan begini..
Makanya kalau berbisnis makanan, lebih baik menarget mereka yang punya uang.. Masak yang banyak, enak, tapi jual cari untung yang masuk akal juga. Jadi kalau ada kenaikan harga pangan, tidak perlu mengubah harga tiap tahun.. Customer yang punya duit juga akan merekomendasikan ke mereka yang punya uang juga.. “Eh di tempat ini makanannya enak lho..”
Apalagi zaman sekarang orang mesan makanan via online.. siapa yang mau beli bubur ayam polosan harga 10 ribu kalau ongkirnya 8 ribu? Mending beli sapo tahu sama ayam goreng mentega dgn harga total 60 ribu untuk dimakan siang sampai malam, bukan?
Bisnis kami bertahan cukup lama sebelum ayah saya menjual bisnisnya, ya karena kami sudah lama bergeser ke penjualan pastry.. Saya merekomendasikan ayah saya untuk membuat logo baru (tanpa embel-embel 2000 rupiah), mengecat seluruh toko supaya memberi atmosfir baru, karena produk yang dijual sekarang adalah pastry.. Hasilnya lumayan, penjualan harian naik dari 300 ribuan sampai 600–700 ribu di tahun 2013an.. Produksi lebih sedikit roti, tapi untungnya lebih banyak.. Yang tadinya tiap 3–4 hari harus beli bahan, sekarang beli bahannya tiap 5–6 hari.. Biaya operasional bisa jauh ditekan.
Tidak ada bisnis yang berhasil dengan cara menurunkan harganya. Semua bisnis yang berhasil, mengambil langkah untuk menaikkan kualitasnya.