Kesalah pahaman yang paling umum di antara bangsa Asia Timur dan Tenggara, yang tidak dianut oleh bangsa Nordik dan Skandinavia adalah pendidikan = sains
Kalau menurut Anda saya hanya bergurau, ini fakta dari akun twitter resmi Nobel Prize, mengisahkan seorang peraih penghargaan Nobel asal Jepang
Terjemahan:
“Waktu kecil saya janji ke ibu saya, saya akan dapat penghargaan Nobel fisika. 50 tahun kemudian, saya bilang ke ibu saya, ‘benar kan, saya menepati janji saya. Saya memenangkan penghargaan Nobel.’ ‘Nggak,’ kata ibu saya, ‘janjinya kan Nobel fisika!'”
-Kenzaburo Oe, pemenang Nobel literatur/sastra 1994-
Sebenarnya Indonesia sudah menyadari kesalahan mindset ini dengan memindahkan ditjen Dikti dari Kemendikbud ke Kemenristek, sehingga menjadi Kemenristekdikti
Maksudnya apa?
Pendidikan tidak berurusan dengan riset iptek. Riset iptek hanyalah salah satu expected output dari dikti, di mana di dalam dikti sudah dibagi-bagi ke dalam spesialisasi dan keahlian bidangnya masing-masing
Sedangkan tujuan pendidikan bukan untuk menghasilkan pakar iptek, melainkan expected output-nya adalah bangsa yang dapat menerapkan nilai-nilai pendidikan, dan memiliki karakter layaknya orang-orang terdidik
Mau contoh yang lebih ekstrem? Kenapa Finlandia yang pendidikannya terbaik tidak memiliki kampus sekelas ini:
Atau ini?
Maka Finlandia akan menjawab, karena tujuan pendidikan kami adalah untuk membentuk karakter bangsa yang tidak seperti ini:
Jadi, sekali lagi, pendidikan =/= riset iptek. Iptek hanya menjadi media pendidikan karena akan membantu peserta didik untuk mengeksplor minat dan bakatnya
Setelah mereka menemukan minat dan bakatnya, ya gak semua anak harus bisa matematika, fisika, kimia, dan biologi. Kalau memang bakatnya ke soshum, ya ke soshumlah dia. Kalau bakatnya ke industri, SMK banyak pilihannya. Bahkan kalau cita-citanya dakwah, ada MA
Detailnya bisa dibaca di sini: Jawaban Fikri Kawakibi untuk Jika kamu diberi wewenang untuk menghapus 3 mata pelajaran di SMA, apa saja yang akan kamu hapus, dan mengapa?
Yang pasti, Finlandia tidak terjebak di dalam mindset Asian boomers yang strict, standar tinggi, helicopter, dan control freak. Udah dapet Nobel literatur/sastra, masih gak puas karena bukan fisika. Atau seperti kisah anak yang sudah dapat gelar sarjana aerospace engineering ini:
Jawaban Fikri Kawakibi untuk Bagaimana pengalamanmu saat baru lulus kuliah?
Anak yang terjebak di dalam mindset pendidikan = riset iptek, pasti akan kebingungan seperti ini:
Jadi apabila Finlandia memang negara dengan pendidikan terbaik, mengapa jarang sekali tokoh pendidikan/ilmuwan yang terkenal dari sana?
Karena pendidikan Finlandia terbaik bukan karena mengajarkan book smart, melainkan karena mengajarkan street smart
Bukan hanya untuk mengembangkan analytical intelligence, tetapi juga creative dan practical intelligence