Kamar putih. Sesuatu seperti ini.
Dikenal sebagai white torture, ini adalah salah satu bentuk siksaan psikologis yang paling menghancurkan.
Mengapa? Sepertinya tidak terlalu buruk, kan?
Salah. Ruangan ini adalah lambang kekurangan sensorik dan isolasi.
Apakah saya menyebutkan bahwa itu juga kedap suara?
itu menghapus rasa realitasmu.
Bayangkan berada di ruangan yang hanya putih, tempat itulah satu-satunya “warna” yang pernah kamu lihat. Kamu tidak pernah diizinkan berbicara dengan siapa pun, makananmu adalah nasi putih, dan semua permukaannya itu halus.
Ini membuat kamu kehilangan 5 inderamu.
Bukankah itu akan membuat kamu gila? Biar saya uraikan.
Pada 1970-an, teroris Jerman Astrid Proll dipenjara di ruang penyiksaan putih selama hampir 5 bulan. Selama waktu itu, ia mengalami halusinasi, kelaparan, disekuilibrium (keadaan tidak seimbang antara asimilasi dan akomodasi), insomnia, gemetar, dan bahkan kejang-kejang. Dan setelah kunjungan ke kamarnya, dia tidak bisa memastikan apakah satu jam atau seminggu berlalu setelah hanya 30 menit.
Mahasiswa Iran Amir Fakhravar juga terjebak di ruang yang sama selama hampir setahun, dan setelah pembebasannya, dia mengalami kesepian kronis, dan bahkan tidak bisa mengenali wajah orang tuanya.
Bayangkan terjebak di ruangan itu, dipenjara berbulan-bulan, bertahun-tahun.
Ini menghasilkan efek negatif seumur hidup.
Hanya mendengarkan diri sendiri, tidak tahu berapa banyak waktu telah berlalu.
Detak jantungmu
Nafasmu.
Kamu mulai berhalusinasi.
Kamu menjadi suara.
Kamu kehilangan dirimu sendiri.